Senin, 30 Juli 2018

Kabar Baik Buat Para Gamers, Kini Solo Punya Warnet Game Kelas Dunia!


Rutinitas kerja atau kuliah yang kelewat padat dan membosankan dapat menyebabkan seseorang stres. Beberapa orang menghabiskan akhir pekan mereka untuk traveling mencari suasana baru. Sebagian lain memilih untuk bermain game di sela waktu senggang sebagai bentuk refreshing.

Khusus yang kedua, karena kepraktisan dan kemudahannya semakin lama aktivitas yang awalnya hanya dilakukan paruh waktu saat ini menjadi kebiasaan rutin. Pusing sedikit, memegang ponsel bermain game. Mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa sering kita temui sedang bermain game. Pilihan bermain game sekarang sudah barang umum hampir menjadi kebisaaan. Hal tersebut didukung pula dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Kemunculan warnet game online juga semakin marak kita temui. Yang paling ramai dibicarakan datang dari kota Solo, kemunculan warnet bertaraf internasional.

Ya, belum lama ini kota Solo memiliki sebuah wargnet game online bertaraf internasional!


Warnet atau yang lebih kita kenal dengan warung internet adalah suatu usaha yang menjajakan jasa penggunaan komputer dengan koneksi internet. Seiring berjalannya waktu, warnet juga menjadi penyedia layanan game online. Adalah iCafe Poseidon, warnet game (game center) bertaraf internasional baru saja resmi dibuka pada Selasa (24/10) lalu. Warnet yang terletak di belakang Stadion Manahan Solo ini merupakan salah satu yang dimiliki jaringan game center buatan Nvidia, yakni iCafe.

Poseidon adalah nama game center iCafe di Solo itu. Warnet “canggih” itu dibangun dengan desain yang menarik. Untuk kamu para gamers, di sana kamu akan dimanjakan dengan kartu grafis kelas tinggi, Nvidia GoForce GTX 1080 TI, yang diharapkan bisa menunjang pengalaman grafis gamer. Wih, pasti puas nih buat main Dota.

Warnet ini juga dilengkapi dengan ruang khusus dan pelatih untuk “atlet” game online. Sudah seperti di luar negeri deh!


Sebagai iCafe bertaraf internasional, Poseidon memiliki ruang latihan khusus yang digunakan untuk menginkubasi atlet eSport yang akan berlaga di kejuaraan, baik nasional maupun internasional. Berbeda dengan Game Center lain yang ada di Indonesia, kursi, meja, kursor, serta peralatan lainnya yang digunakan pun memiliki standar khusus gaming. Konon katanya, semua alat penunjang tersebut dibanderol dengan harga yang nggak sedikit.

Nggak cukup sampai disitu, Poseidon juga menyediakan trainer atau pelatih untuk para pemula yang ingin menjajaki eSport lebih serius. Di sana total terdapat sejumlah 100 PC, di mana 10 unit di antaranya berada di ruang VIP dan 12 unit untuk battle (beradu antartim).

Potensi eSport dan stigma negatif yang melekat di pundak para gamers di Indonesia. Simalakama sih


Potensi eSport di Indonesia memang sudah digaungkan sejak dua tahun terakhir. Meski sempat dicap sebagai sebuah ‘mimpi muluk’, perkembangan eSport Indonesia mulai menampakkan tajinya. Maret 2016, salah seorang gamer Counter Strike profesional asal Indonesia, Hansel “BnTeT” direkrut oleh Tim China, TyLoo untuk berlaga di kejuaraan dunia. Dalam kompetisi tersebut, Hansel berhasil membawa TyLoo menjadi juara dunia dan membawa pulang hadiah sebesar 99.000 dollar AS, atau setara dengan Rp 1,3 miliar. Menurut kabar burung, nggak lama lagi eSport akan masuk dalam salah satu cabang yang dipertandingkan di SEA Games.

Sayangnya, selama ini stigma para pencinta game online di Indonesia terlanjur buruk. Bermain game dianggap buang waktu dan membuat anak bodoh karena kecanduan game hingga melupakan belajar. Barangkali benar, namun kita nggak bisa menyeragamkan bahwa semua gamer itu bodoh. Karena dari Hansel kita belajar bahwa bermain game bukan hanya sekadar pengisi waktu senggang, namun sebagai hobi yang serius ia tekuni dan terbukti sukses menghasilkan sesuatu yang bisa dibanggakan. Keberhasilan Hansel di ranah gaming tentunya bisa menjadi pacuan bagi para gamers maupun orangtua untuk menentukan pilihan; apakah hanya sekadar mengisi waktu luang atau bermain namun menghasilkan sesuatu yang layak mendapat sesuatu.

Memang dunia gaming di Indonesia masih berkutat dengan persoalan ‘masa depan’ yang dicemaskan para orangtua. Karena pada dasarnya nggak ada orangtua yang nggak pengen anak-anaknya berhasil dan menjadi orang sukses. Simalakama, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar